Gerai Inspirasi

ekonomika politika romantika

LightBlog
Responsive Ads Here

Monday, May 1, 2017

Hikayat Santren : Dul, Tempe Tepung



Dul, Tempe Tepung


Rendang adalah makanan terlezat di dunia. Dengan berbagai rempah-rempah, potongan-potongan besar daging sapi, dan tentu santan, dimasak dengan hati-hati hingga bumbu menyerap sempurna, membuat lidah menari ketika dipadu dengan nasi panas dan teh hangat. Nasi goreng, sederhana sebenarnya, hanya nasi diberi tambahan kecap. Namun berbagai rempah-rempah seperti bawang putih-merah, lada dan ketumbar membuat rasanya menggoyang lidah. Dunia menjulukinya sebagai makanan paling enak kedua, apalagi jika ditambah telur goreng, suwiran daging ayam, potongan tomat dan selada, serta bawang goreng gurih sebagai pelengkap. Nyam.

Dua makanan diatas adalah makanan favorit dunia, dengan berbagai varian olahan tentunya. Sejak kejadian hari pertama di PPNK, aku mengamini keyakinan masyarakat dunia bahwa rending adalah makanan lezat. Entah itu rendang bumbu merah, bumbu coklat atau bumbu hitam sekalipun. Sedangkan nasi goreng adalah kenangan tersendiri. Nasi goreng bawang bikinan mamah saat puasa selalu menjadi makanan penggugah selera saat sahur sejak ane kecil. Lengkaplah kenikmatan hidup ane sebagai manusia, karena sekarang ane menyukai makanan terlezat pertama dan kedua di dunia.

Tetapi, sekali lagi PPNK tetap bukan tempat biasa. Mungkin PPNK bertetangga dengan Bekasi, untuk kesana harus memakai USS Enterprise. Gaya hidup manusia penghuni tanah seluas 20 hektar ini memang seperti alien. Ane ambil contoh, normalnya orang akan makan menggunakan piring, mencuci tangan sebelum makan jika ingin muluk (makan memakai tangan) dan tentu makan sendiri-sendiri. Disini? 4 tangan bersatu padu dalam satu nampan, saling berebutan, dengan kepercayaan tangan teman kita sudah dicuci, kita memasukan nasi “entah apa saja gizinya”. Diperparah, konsep kesyukuran rezeki disini luar biasa. Ini bagus sih, tapi silahkan pertimbangkan cerita berikut.
Ane sedang tilawah sembari menunggu waktu maghrib di masjid, tiba-tiba seorang teman dari kamar NIM datang sambil memasang muka kecut.

“Kenapa ente?” ane bertanya, karena dia duduk didekat ane
“Hmmm,, ngga papa” jawaban ngeselin, persis Tsundere lagi mau ditembak

Ditengah fantasi ane membayangkan dia adalah cewek tsundere, datanglah rombongan anak-anak NIM sambil tertawa-tawa, menggerumuni kami.

“JIAH! Masih pucet coba dia!”
“Makannya kalau makan jangan berceceran bro, udah tau musyrif kita Bang Mun!”

Mereka mengerumuni si Tsundere tadi, makin mirip adegan di sebuah “film jepang”. Sebelum imajinasi ane makin ngawur, apalagi ini di masjid, ane segera nimbrung dan bertanya.

“Eh, emang ada apa sih?” simple sebenarnya, tapi karena kondisinya begitu ane terlihat seperti aktor yang telat nimbrung buat ngerjain si Tsundere

“Lu tau gak dul! Tadi dia disuruh makan nasi yang berceceran di lantai sama Bang Mun, apesnya, itu nasi udah dia injek pake kakinya dia! Item-item dah tuh nasi.”
“Ente taulah Bang Mun kayak gimana, sambil marah-marah gitu dia nyuruh ni anak buat makan tuh nasi. Daripada digebukin, akhirnya dimakan itu nasi sama ini anak, mau dicampur sama nasi baru juga mah sama aja yak. Tetep aja nasi item tadi beracun”

Ditengah tawa girang mereka, dan ekspresi pasrah si Tsundere, ane menyadari ada yang aneh dari cerita tadi. Memakan biji nasi tidak layak makan! Apapun alasannya, ngga ada alasan menyuruh orang untuk memakan sampah. Luar biasa! Atau mungkin gila kali ya? Ini adalah salah satu bentuk aplikasi rasa syukur yang sedikit esktrim. Ane emang ngga tau dalil syar’I nya, cuman memaksa orang makan makanan tidak layak agak sedikit berlebihan kan ya?

Dengan simpati mendalam, ane menepuk pundak si Tsundere. Dia mengangkat mukanya, mata kami saling bertemu. Ane menatap bola mata dia dalam-dalam, dia balik menatap ane. Muka kita saling berdekatan, kebisingan disekitar kami tidak terdengar lagi. Di dunia ini hanya ada aku dan dia.

Perlahan kudekatkan bibirku ke wajahnya, dia menutup mata, aku menutup mata. Dengan perlahan aku bisikkan ke telinganya

“Makannya, kalau ada makanan jangan dibuang-buang”

Tawa pecah seketika diantara kami, si Tsundere terlihat malu, mukanya memerah sampai ke telinga. Sambil menutupi mukanya, dia berteriak keras
“BAKA!”

(Adegan diatas hanya ke-lebay-an belaka. Lagian ane juga masih normal!)


Bagaimanapun, di PPNK makanan adalah rezeki dari Allah, dan mendapat kehormatan tinggi di mata santri. Nasi, lauk-pauk, bahkan seremeh kerupuk bernilai rezeki dimata kami. Tidak ada kesia-sia an, semuanya bermanfaat! Aslinya mau bilang begitu. Cuman, makan malam setelah ane ngerajain si Tsundere tadi adalah Sop Sayur Santan. Tidak ada satupun anak-anak kamar SAF mau menyentuhnya, karena di Sop tadi kami menemukan seekor ulat segar.

Esok pagi, sekaligus hari penutupan PSNK. Mood pagi itu sedikit berubah, Kak Fajri musyrif kami terlihat girang ketika membawa termos nasi dan wadah lauk. Kami, dengan posisi sudah mandi, rapi, dan bersiap mengikuti upacara penutupan terlihat heran.

Setelah nampan ditata dan diberi nasi, Kak Fajri terlihat sumringah kemudian meletakkan wadah merah berisi lauk di depan kami

“SILAHKAN! NIKMATI MAKANAN PALING LEZAT DI PPNK!!”

Entah ane ngga ngerti dimana istimewanya, karena disana hanya terlihat sekumpulan tempe berselimut tepung. Disamping terlihat plastik dengan isi kehitaman, terlihat seperti kecap menurutku. Teman-teman sekamar pun sama, terlihat saling berpandangan. Anak-anak Medan malah memberikan pandangan seperti “Ini orang otaknya kenapa?” atau sesuatu seperti itu dalam bahasa batak.

Seolah tidak mempedulikan tatapan aneh kami, Kak Fajri tetap melanjutkan promosinya.
 
“TEMPE TEPUNG! Dengan potongan tempe utuh dibalut dengan tepung, digoreng matang dengan bumbu lembut dan renyah! Warna kecoklatan segar dan cerah dengan beberapa sisi tempe terlihat, seolah mengundang kita untuk mencicipinya! Bagian luar yang garing dipandu dengan bagian dalam lembut! Apalagi jika dimakan hangat dipadu sambal kecap! Tapi ingat, jangan kebanyakan sambalnya, nanti kalian sakit perut!”

Pandangan kami tetap tidak berubah, tetapi dalam kacamata ane mungkin Kak Fajri adalah Bondan Prakoso saat muda.

Dalam kepala ane berkecamuk sesuatu. Hari ini adalah hari terakhir PPNK, agenda kami dimulai dari jam 8 dan baru selesai pukul 17.00 pagi. Sedangkan energi kami untuk sarapan hanya nasi putih, sepoton temped an secuil sambal kecap. Bayangkan! Bahkan makanan tentara tidak separah ini. Mood kami pagi ini seperti remuk, kamar lain juga sama. Terlihat beberapa anak masuk ke kamar, membawa keluar abon bahkan mie instan mentah sebagai lauk tambahan. 

Menatap nampan, ane dengan 3 teman ane, Ghalib, IHA, dan Ismail saling berpandangan. Perlahan tangan-tangan kami mulai mengambil tempe tepung tadi, mencuilnya, membenamkannya dalam nasi dengan sambal. Mengangkatnya menuju mulut kami, kami membuka mulut dan mulai memakannya. Ismail terlihat makan sambil menutup mata.

Tiba-tiba, tanpa kami sadari tangan-tangan kami dengan cepat menuju nampan kembali. Dengan tegas mengambil potongan besar tempe, mencampurnya dengan sambal, dan bersegara memasukannya kedalam mulut. Ane melihat semua kamar melakukan hal sama, mood kami mendadak berubah! Ismail terlihat bahagia, IHA tersenyum, dan Ghalib berusaha mengimbangi kecepatan makan ane.

“ENAK BANGET!”

Mendadak kata-kata itu terihat bergemuruh, semua orang dari kamar atas hingga kamar bawah menyuarakan kata-kata itu. Bergema, bertalu-talu, dibarengi dengan semakin lahapnya kami memakan nasi panas, tempe tepung dan sambel kecap tadi.

“Wih enak banget tempenya, masaknya gimana ya?”
“Di Solo kayak gini banyak, tapi belum pernah ada yang seenak ini”
“Sambelnya mantep! Jadi pingin nambah lagi!”
“BUSET ENAK BANGET! APAAN NIH!!”
“WOY OMONGANNYA DIJAGA”

Terus, dan terus kata-kata pujian terhadap makanan sederhana ini bergema. Beberapa orang semakin semangat bahkan mencampur nasi dengan Mie Instan Mentah untuk menambah porsi nasinya. Abon ditumpahkan seluruhnya agar jatah makan bisa bertambah. Beberapa melobi orang-orang untuk menyerahkan jatah nasi dan tempenya, tetapi bahkan anak paling suci sekalipun menolak untuk memberikan jatahnya. Kami semua bersukacita, dalam euphoria kenikmatan tempe tepung. Benar-benar sesuatu sekali!

Dengan senyum Kak Fajri mendekati kami, membawa sisa nasi dan sambel kecap.
“Ada yang mau nambah?”
“MAUUU!!!!!!!”

Serempak kami menjawab dengan wajah cerah sumringah. Benar-benar hari istimewa, karena akhirnya PSNK yang melelahkan berakhir, dan kami disuguhi makanan terbaik sejagad. Dengan senyum kami membagi sisa nasi dan sambal sembari menikmati potongan-potongan terakhir tempe tepung itu. Nampan-nampan tempat kami makan bersih tandas, tidak ada sisa satu nasipun, bahkan sambel kecap sisa makan tadi masih kami bersihkan dengan jari kami. Jemari tadi kami jilat dengan tangan, dan dengan semangat baru kami semua berlari kebawah, menyongsong panitia dengan hitungan hukumannya.

Ane sendiri tidak tahu apa, tetapi tempat ini memang luar biasa. Sebuah kenikmatan dari kesederhanaan dan kebersamaan, mungkin itu yang membuat tempe tepung PPNK enak dan istimewa. Dipersatukan oleh nasib dan penderitaan, kami semua akhirnya memiliki kesamaan pola pikir dan pandangan atas sesuatu. Ane yakin banyak orang terbiasa makan tempe tepung di rumah sepuas dan sekenyangnya, termasuk ane. Cuman memakan satu tempe tepung sebagai lauk, dengan secuil sambal dengan teman-teman sepertinya pengalaman baru bagi kami. Seolah kenikmatan dan rasa enak dari makanan tadi terbagi rata diantara kami, dalam satu frekuensi sama. Ane memang bukan ahli kejiwaan, tetapi jika sebuah entitas memiliki kesamaan pandangan, artinya entitas tersebut telah menjadi entitas kompak dan akrab.

Ditengah langkah ane menuju ke lapangan basket tempat upacara penutupan, ane melihat wajah teman-teman disekitar ane. Semuanya tersenyum puas, semuanya. Tatapan wajah cerah dan girang, karena merasakan sebuah kenikmatan bersama, karena merasakan terlepasnya beban yang sama. Pada detik itu ane menyadari, mungkin, ane bisa terjebak dalam suasana ini, mungkin untuk selamanya.

-Continued


Informasi :
OSNK rutin melaksanakan survey makanan paling enak dan tidak enak. Secara terus menerus bertahun-tahun, tempe tepung menduduki peringkat pertama denga total suara lebih dari 60% dari keseluruhan populasi survey. Disusul Tempe Oreg dengan presentasi 15%, Rendang 10%, dan makanan lain seperti nasi goreng, ayam goreng dan sejenisnya dengan presentasi kurang dari 15% secara total. Survey ini seringkali melibatkan responden hingga 400 orang santriwan dan santriwati PPNK, dan diterbitkan secara resmi dalam majalah tahunan OSNK, ALIYAS. 

Menu tempe tepung secara khusus dihidangkan hari selasa, 2 kali setiap bulan berselingan dengan tempe oreg. Setiap hari selasa dengan menu tempe tepung, pukul 05.30 dapur sudah tidak ada kerjaan karena semua porsi sarapan sudah diambil selepas subuh oleh santri. Dalam beberapa kasus tempe tepung bisa menyebabkan kuatnya ikatan pertemanan bahkan konflik yang berujung pada bentrok fisik. 

Tercatat sebuah pertengkarang pernah terjadi di depan dapur umum karena seorang santri mengambil jatah tempe tepung kamar lain. Selain itu banyak persahabatan akhirnya retak karena tempe tepung ini. Gimana menurut kalian?

Azzam Abdullah Artwork/Azzam Abdullah
(masih) kuliah di UNS. Mencoba Menulis dan Menggambar.
follow @azzam_abdul4 on Instagram. or sent me email on : felloloffee@gmail.com

Untuk seri sebelumnya bisa tengok disini :
http://fellofello.blogspot.co.id/2017/04/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html

No comments:

Post a Comment